Penjelasan Tentang Kesamaan Aqidah 4 Imam Dalam Masalah-Masalah
Ushuluddin, Selain Masalah Iman
Aqidah 4 imam (Abu Hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad) adalah sesuai
dengan apa yang dituturkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta apa yang dianut para
sahabat dan tabi’in yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan tak ada perbedaan
dan perselisihan antara para imam tersebut. Bahkan alhamdulillah mereka
bersepakat untuk beriman kepada sifat-sifat Rabb, beriman bahwa Al-Qur’an
adalah kalamullah, bukan makhluk, dan bahwa iman itu harus terdiri dari
pembenaran dengan hati dan lisan (ucapan). Bahkan mereka sama sekali
mengingkari golongan Jahmiyyah dan Ahli Kalam lainnya yang terpengaruh oleh
filsafat Yunani dan aliran-aliran Mutakallimin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
« ... ولكن من رحمة الله
بعباده أن الأئمة الذين لهم في الأمة لسان صدق كالأئمة الأربعة وغيرهم ... كانوا
ينكرون على أهل الكلام من الجهمية قولهم في القرآن والإيمان وصفات الرب، وكانوا
متفقين على ما كان عليه السلف من أن الله يرى في الآخرة وأن القرآن كلام الله غير
مخلوق، وأن الإيمان لا بد فيه من تصديق القلب واللسان ... »
“Di antara rahmat Allah kepada para hamba-Nya adalah bahwa para
imam yang mempunyai lidah kebenaran pada umat, seperti 4 imam dan selain
mereka, adalah bahwa mereka mengingkari (menentang) pendapat ahli kalam dari
Jahmiyyah tentang Al-Qur’an, iman dan sifat-sifat Rabb. Mereka bersepakat terhadap
apa yang diyakini Salafush Shaleh bahwa Allah akan dapat dilihat di akhirat,
bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk, dan bahwa iman itu harus
berupa pembenaran dengan hati dan lisan…”[1]
Ia juga berkata:
«إن الأئمة المشهورين كلهم
يثبتون الصفات لله تعالى ويقولون: إن القرآن كلام الله ليس بمخلوق ويقولون: إن
الله يرى في الآخرة، هذا مذهب الصحابة والتابعين لهم بإحسان من أهل البيت وغيرهم
وهذا مذهب الأئمة المتبوعين مثل مالك بن أنس والثوري والليث بن سعد، والأوزاعي،
وأبي حنيفة، والشافعي، وأحمد ... »
“Sesungguhnya
seluruh imam yang terkenal menetapkan
sifat-sifat pada Allah Ta’ala. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah
kalamullah, bukan makhluk, bahwa Allah akan dapat dilihat di akhirat. Ini
adalah madzhab Sahabat dan Tabi’in yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan
seperti Ahli Bait dan yang lainnya. Juga merupakan madzhab para imam yang
diikuti seperti Imam Malik bin Anas, Ats-Tsaury, Laits bin Sa’id, Al-Auza’I,
Abu Hanifah, Syafi’I dan Ahmad….”[2]
Syaikhul Islam pun pernah ditanya tentang aqidah Imam Syafi’I, maka
beliau menjawab:
«اعتقاد الشافعي -
رضي الله عنه - واعتقاد سلف الأمة كمالك والثوري والأوزاعي وابن المبارك وأحمد بن
حنبل وإسحاق بن راهويه هو اعتقاد المشايخ المقتدى بهم كالفضيل بن عياض وأبي سليمان
الداراني وسهل بن عبد الله التستري وغيرهم، فإنه ليس بين هؤلاء الأئمة وأمثالهم
نزاع في أصول الدين.
وكذلك
أبو حنيفة - رحمه الله - فإن الاعتقاد الثابت عنه في التوحيد والقدر ونحو ذلك موافق
لاعتقاد هؤلاء واعتقاد هؤلاء هو ما كان عليه الصحابة والتابعون لهم بإحسان وهو ما
نطق به الكتاب والسُّنَّة»
“Aqidah Syafi’I
–radhiyallahu anh- dan aqidah salaful ummah, seperti Malik, Ats-Tsaury,
Al-Auza’I, Ibnul Mubarak, Ahmad dan Ishaq bin Rahawaih adalah aqidah para
syaikh yang diikuti, seperti Fudhail bin Iyadh, Abu Sulaiman Ad-Darany, dan
Sahl bin Abdullah At-Tustury serta yang lainnya. Tidak ada perselisihan di
antara mereka dan imam-imam lainnya seperti mereka dalam masalah Ushuluddin.
Begitu juga Imam Abu Hanifah –rahimahullah-, aqidahnya
dalam masalah tauhid dan qadar serta masalah-masalah yang lain sama dengan aqidah
mereka yang merupakan aqidah para Sahabat dan Tabi’in, yaitu sesuai dengan apa
yang dituturkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.”[3]
Inilah madzhab yang dipilih oleh Al-Allamah Shiddiq Hasan Khan yang
mana ia berkata:
«فمذهبنا مذهب السلف إثبات
بلا تشبيه وتنزيه بلا تعطيل وهو مذهب أئمة الإسلام كمالك والشافعي والثوري وابن
المبارك والإمام أحمد ... وغيرهم فإنه ليس بين هؤلاء الأئمة نزاع في أصول الدين
وكذلك أبو حنيفة - رضي الله عنه - فإن الاعتقاد الثابت عنه موافق لاعتقاد هؤلاء
وهو الذي نطق به الكتاب والسنة ... »
“Madzhab kita
adalah madzhab Salaf, yang mengitsbat (menetapkan) sifat-sifat Allah dengan
tidak mentasybih (menyerupakan)nya dengan sifat-sifat makhluk, mentanzih
(mensucikan) Allah dari penyerupaan terhadap makhluk tanpa menta’thil
(meniadakan) atau mengingkari seluruh, atau sebagian sifat-sifat Allah. Ini
merupakan madzhab para imam Islam seperti Malik, Syafi’I, Tsaury, Ibnul
Mubarak, Imam Ahmad dan yang lainnya dengan tidak ada perselisihan di antara
mereka dalam masalah Ushuluddin. Juga Abu Hanifah, aqidah beliau cocok dengan
aqidah mereka, sama dengan apa yang dituturkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.”[4]
-------------------------
Sumber: I'tiqaad Al-A'immah Al-Arba'ah, Muhammad bin Abdurrahman Al-Khumais
ditulis ulang dari kitab Aqidah 4 Imam Madzhab, cet. GIP, 1995
No comments:
Post a Comment