Tuesday, February 26, 2013

PERILAKU JAHILIYAH: 09 Berhujjah Dengan Kaum Yang Punya Kekuasaan, Nalar dan Harta


Ber-istidlal (mengajukan dalil) dan ber-hujjah (mengajukan hujjah) atas suatu keinginan dengan kaum yang telah diberikan kekuatan pemahaman dan nalar, kekuasaan dan kerajaan; dengan anggapan bahwa yang demikian itu dapat mencegah mereka dari kesesatan.

Maka Allah membantah mereka dengan firman-Nya dalam surat Al-Ahqaf:

{ فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًۭا مُّسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا۟ هَٰذَا عَارِضٌۭ مُّمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِۦ ۖ رِيحٌۭ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌۭ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَىْءٍۭ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا۟ لَا يُرَىٰٓ إِلَّا مَسَٰكِنُهُمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْقَوْمَ ٱلْمُجْرِمِينَ (25) وَلَقَدْ مَكَّنَّٰهُمْ فِيمَآ إِن مَّكَّنَّٰكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًۭا وَأَبْصَٰرًۭا وَأَفْـِٔدَةًۭ فَمَآ أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَآ أَبْصَٰرُهُمْ وَلَآ أَفْـِٔدَتُهُم مِّن شَىْءٍ إِذْ كَانُوا۟ يَجْحَدُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ (26)}

Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.”(Q.S. Al-Ahqaf: 24-26)

Sebagaimana juga firman Allah:

{ أَلَمْ يَرَوْا۟ كَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَبْلِهِم مِّن قَرْنٍۢ مَّكَّنَّٰهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّن لَّكُمْ }

“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu.” (Q.S. Al-An’am: 6)



Dan bentuk negatifnya tidak menggunakan lafadz “ما”, karena untuk menghindari pengulangan lafadz meskipun maknanya berbeda. “Dan kami telah menjadikan untuk mereka pendengaran, penglihatan dan hati”, agar mereka menggunakannya sebagaimana alat-alat indrawi itu diciptakan, agar mereka dengan masing-masing alat indrawi itu mengetahui berbagai macam disiplin ilmu yang telah digantungkan padanya, dan agar alat-alat indrawi itu digunakan untuk menunjukkan kepada Penciptanya, supaya mereka senantiasa mensyukuri-Nya.

“Tetapi pendengaran mereka itu tidak berguna sedikitpun” karena mereka tidak menggunakannya untuk mendengarkan wahyu dan nasihat-nasihat Rasul shallallahu alaihi wa sallam. “Juga penglihatan mereka” karena mereka tidak memfungsikannya untuk memperhatikan ayat-ayat alam yang terhampar dalam lembaran-lembaran aktifitas kehidupan. “Juga tidak hati mereka” karena mereka tidak mempergunakannya dalam mengenal Allah. “من شيئ” artinya “شيئا من الأشياء” (sedikitpun). “من” adalah “زائدة” (tambahan) yang berguna untuk tawkiid (penegasan). Sedangkan firman-Nya, “Karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah” adalah alasan untuk penafian (penolakan tadi).

“Dan mereka telah diliputi oleh apa yang mereka dahulu selalu memperolok-olokannya”, yaitu adzab yang mereka ingin segera lihat kedatangannya karena mereka tidak percaya dan mentertawakannya. Dan mereka mengatakan, “Maka datangkanlah kepada kami adzab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”.

{ قَالَ إِنَّمَا ٱلْعِلْمُ عِندَ ٱللَّهِ وَأُبَلِّغُكُم مَّآ أُرْسِلْتُ بِهِۦ وَلَٰكِنِّىٓ أَرَىٰكُمْ قَوْمًۭا تَجْهَلُونَ}

“Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh".” (Q.S. Al-Ahqaf: 23)

Ayat di atas membatalkan argumentasi dengan kaum yang telah diberi kekuatan dan keluasan dalam hal harta, badan, pemahaman, pemikiran dan lain sebagainya atas hal-hal yang tidak dimiliki oleh orang-orang Arab yang mendapatkan agama Islam. Meskipun demikian, mereka (kaum yang kuat tadi) adalah sesat dari jalan yang lurus; mereka mendustakan para Rasul dengan ucapan-ucapan batil. Jadi bimbingan menuju iman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta tunduk kepada kebenaran dan berjalan di bawah naungan-Nya adalah murni karunia dari Allah. Bukan karena banyaknya harta dan tingginya status. Barangsiapa menolak kebenaran dengan alasan bahwa orang-orang yang lebih baik statusnya dari dirinya tidak menerimanya, dan tidak menjadikan akal sehatnya sebagai hakim dan tidak mengikuti apa yang disimpulkan oleh dalil (bukti) maka dia telah mengikuti prinsip orang-orang Jahiliyyah dan menyimpang dari hujjah mardhiyyah (argumentasi yang diridhai).

Senada dengan ayat ini adalah firman Allah:

{ وَلَمَّا جَآءَهُمْ كِتَٰبٌۭ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٌۭ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا۟ مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُوا۟ كَفَرُوا۟ بِهِۦ ۚ فَلَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ}

“Dan setelah datang kepada mereka Al Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Q.S. Al-Baqarah: 89)

Dulu, orang Yahudi telah mengetahui risalah Nabi Muhammad dari kitab-kitab mereka, dan bahwasanya Allah Ta’ala akan mengutus seorang Nabi yang mulia dari bangsa Arab. Dulu mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang musyrik. Mereka mengatakan, ‘Ya Tuhan kami, utuslah Nabi yang telah Engkau janjikan, supaya kami dapat mengalahkan musuh-musuh kami.’ Ternyata setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, yaitu Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, mereka malah kufur terhadapnya. Karena hasad (kedengkian) mereka, bahwa kenabian itu justru diberikan kepada orang Arab. Mereka menganggap jika diri mereka lebih bagus perabotan rumahnya dan penampilannya. Mereka tidak tahu jika kenabian dan iman adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapapun yang Dia kehendaki.

Senada dengan ini lagi adalah firman Allah:

{ ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًۭا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ ٱلْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (146) ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ (147)}

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Q.S. Al-Baqarah: 146-147)

Juga firman Allah:

{ قُلْ أَىُّ شَىْءٍ أَكْبَرُ شَهَٰدَةًۭ ۖ قُلِ ٱللَّهُ ۖ شَهِيدٌۢ بَيْنِى وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِىَ إِلَىَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانُ لِأُنذِرَكُم بِهِۦ وَمَنۢ بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ ٱللَّهِ ءَالِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُل لَّآ أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ وَإِنَّنِى بَرِىٓءٌۭ مِّمَّا تُشْرِكُونَ (19) ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمُ ۘ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (20)}

“Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).” (Q.S. Al-An’am: 19-20)




Sumber: Syarh Masaail Al-Jahiliyyah, Mahmud Syukry Al-Alusy
Penerjemah: Agus Hasan Bashory
Diketik ulang dari buku ‘Mewaspadai 100 Perilaku Jahiliyah’


No comments:

Post a Comment