Thursday, February 14, 2013

Pembagian Tauhid

Tauhid yang didakwahkan oleh para Rasul melalui kitab-kitab mereka:

1. Tauhid dalam ma’rifah (pengenalan) dan itsbaat (penetapan)

Tauhid ini dinamakan dengan tauhiid ar-rububiyyah (توحيد الربوبية) dan juga tauhiid al-asmaa’ wa ash-shifaat (توحيد الأسماء والصفات), yaitu mentauhidkan Allah dalam asma’  (nama-nama)-Nya, sifat-sifat-Nya dan af’aal (perbuatan-perbuatan)-Nya.

Yakni, hendaknya seorang hamba meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allahlah Tuhan Sang Pencipta, Yang Menguasai dan Mengatur alam ini, Yang Maha Sempurna dalam Zat-Nya, asma’ dan sifat-Nya serta af’aal (perbuatan-perbuatan)-Nya, Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, di tangan-Nya kerajaan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, bagi-Nya nama-nama yang bagus (Al-Asmaa’ Al-Husna) serta sifat-sifat yang Maha Tinggi.

Firman Allah Ta’ala:

{ ... لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11)}

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syuura: 11)

2. Tauhid dalam qashd (tujuan) dan thalab (permintaan)


Tauhid ini disebut juga dengan tauhid uluhiyyah dan ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam setiap bentuk ibadah seperti doa, shalat, takut (khauf), harap (rajaa’) dan semisalnya.

Yakni, hendaknya seorang hamba meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah yang memiliki ke-uluhiyyah-an (ketuhanan) atas semua ciptaan-Nya, dan hanya Dialah yang berhak untuk disembah. Maka, tidak boleh memalingkan sesuatu pun dari bentuk-bentuk ibadah seperti doa, shalat, mohon pertolongan, tawakkal, takut, pengharapan, pengorbanan, nazar, dan semisalnya kecuali hanya untuk Allah semata. Barangsiapa memalingkan dari hal tersebut kepada selain Allah, maka ia telah musyrik dan kafir, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:

{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (117)}

“Dan barangsiapa menyembah ilah yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (Q.S. Al-Mukminuun: 117)

Tauhid uluhiyyah dan ibadah inilah yang banyak diingkari dan ditentang oleh makhluk-Nya. Oleh karenanya Allah mengutus para rasul kepada umat manusia, dan menurunkan kepada mereka kitab yang memerintahkan untuk menyembah kepada Allah saja dan meninggalkan beribadah kepada selain-nya.

Firman Allah Ta’ala:

{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ (25)}

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada ilah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Q.S. Al-Anbiyaa’: 25)

{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu.’” (Q.S. An-Nahl: 36)


---------------------

Sumber: Mukhtashar Al-Fiqh Al-Islaamy, Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiry
Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Pustaka Darus Sunnah



No comments:

Post a Comment