Thursday, February 14, 2013

SYI’AH: “KAFIR Bagi Yang Tak Mengimani Otoritas Imam Dua-Belas”

Telah disebutkan dalam buku-buku dan referensi Syi’ah bahwa imamah adalah salah satu dasar dari beberapa dasar agama, dan siapa yang mengingkari imamah atau mengingkari salah seorang imam yang ada, maka orang tersebut dinyatakan telah kafir.

Pengarang kitab Haqiiqah Asy-Syii’ah telah menukilkan pendapat dari berbagai perkataan para imam Syi’ah yang menetapkan akidah yang seperti itu, dan saya akan paparkan kepada Anda beberapa di antaranya:

Pendapat salah seorang tokoh mereka, Muhammad bin Ali bin Husein bin Babaweh Al-Qummy yang biasa mereka juluki dengan gelar Ash-Shaduuq (الصدوق), dalam risalah Al-I’tiqaad (hal. 103, cetakan Markas Nasyr Al-Kitab – Iran 1370 H) bunyinya:

".. واعتقادنا فيمن جحد إمامة أمير المؤمنين علي بن أبي طالب والأئمة من بعده - عليهم السلام - أنه كمن جحد نبوة جميع الأنبياء، واعتقادنا فيمن أقر بأمير المؤمنين وأنكر واحدًا ممن بعده من الأئمة أنه بمنزلة من أقر بجميع الأنبياء وأنكر نبوة نبينا محمد صلى الله عليه وآله"

“Akidah kita meyakini bagi siapa yang menolak imamah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan para imam setelahnya –alaihimussalam- maka orang tersebut bertanda telah menolak kenabian semua para nabi. Dan barangsiapa yang mengakui Ali sebagai Amirul Mukminin tetapi mengingkari salah seorang imam setelahnya, bertanda orang tersebut telah mengakui kenabian para nabi akan tetapi mengingkari kenabian Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.”

Dan ia menukilkan sebuah hadits yang bersandar pada Al-Imam Ash-Shadiq yang berbunyi:

"المنكر لآخرنا كالمنكر لأولنا"


“Orang yang mengingkari generasi akhir kami, sama seperti mengingkari generasi awal kami.”
Dia juga menukilkan sebuah hadits yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:

"الأئمة من بعدي اثنا عشر؛ أولهم أمير المؤمنين علي بن أبي طالب عليه السلام وآخرهم القائم، طاعتهم طاعتي ومعصيتهم معصيتي، من أنكر واحدًا منهم فقد أنكرني"

“Para imam setelahku (Nabi Muhammad) berjumlah 12 orang, yang pertama dari mereka adalah Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalin dan yang terakhir adalah Al-Qa’im (Imam Mahdi); ketaatan kamu pada mereka berarti ketaatanmu kepadaku, maksiatmu pada mereka berarti maksiatmu kepadaku. Siapa yang mengingkari salah seorang dari mereka maka berarti ia telah mengingkari aku.”

Pendapat-pendapat dari para ‘Ash-Shaduuq’ ini dan hadits-hadits yang mereka nukilkan, dinukil pula oleh ulama mereka, Muhammad Baqir Al-Majlisy (محمد باقر المجلسي) dalam kitab Bihaar Al-Anwaar, 27/61-62.

Jamaluddin bin Al-Husein bin Yusuf bin Muthahar Al-Hully (جمال الدين الحسن بن يوسف بن المطهر الحلي) menyebutkan secara tegas dalam kitabnya Al-Alfain fi Imaamah Amiir Al-Mukminiin Ali bin Abi Thalib, halaman 13, cetakan ke-3 Mu’assasah Al-A’lamy li Al-Mathbuu’aat, 1982:

"الإمامة لطف عام والنبوة لطف خاص لإمكان خلو الزمان من نبي حي، بخلاف الإمام لما سيأتي. وإنكار اللطف العام شر من إنكار اللطف الخاص، وإلى هذا أشار الصادق عليه السلام بقوله عن منكر الإمامة أصلاً ورأسًا وهو شرهم"

“Imamah adalah kasih sayang yang umum (al-luthf al-aam), sedangkan kenabian adalah kasih sayang yang khusus (al-luthf al-khaash), karena masih mungkin ada zaman yang tidak ada seorang nabi pun hidup saat itu. Berbeda dengan Al-Imam, karena dia akan datang kemudian. Pengingkaran terhadap al-luthf al-aam merupakan kejahatan yang lebih besar daripada pengingkaran terhadap al-luthf al-khaash.Sampai di sini Imam Ash-Shadiq mengisyaratkan dengan perkataannya terhadap orang yang mengingkari keberadaan imamah, baik pada para imam yang terdahulu maupun imam yang terakhir, sebagai sejahat-jahatnya manusia.”

Berkata Syaikh Yusuf Al-Bahraany (يوسف البحراني) di dalam ensiklopedinya yang diakui para pemeluk Syi’ah sebagai buku pegangan mereka, dengan judul Al-Hadaa’iq An-Naadhirah Fi Ahkaam Al-Izzah Ath-Thaahirah, 18/153, Daar Al-Adhwa’, Beirut-Lebanon:

"وليت شعري أي فرق بين من كفر بالله سبحانه وتعالى ورسوله، وبين من كفر بالأئمة عليهم السلام مع ثبوت كون الإمامة من أصول الدين"

“Apakah ada perbedaan antara kelompok yang mengingkari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dengan kelompok yang mengingkari para imam, padahal masalah imamah telah ditetapkan sebagai bagian dari dasar agama?”

Berkata Al-Mulla Muhammad Baqir Al-Majlisy yang mempunyai gelar keilmuan Al-Allaamah Al-Hujjah Fakhr Al-Ummah di dalam kitab Bihaar Al-Anwaar, 23/390:

"اعلم أن إطلاق لفظ الشرك والكفر على من لم يعتقد إمامة أمير المؤمنين والأئمة من ولده عليهم السلام وفضَّل عليهم غيرهم يدل أنهم مخلدون في النار"

“Ketahuilah, bahwa syirik dan kufur yang sebenar-benarnya ditujukan terhadap orang yang tidak mengi’tikadkan imamah amirul mukminiin dan para imam dari keturunannya dan meyakini mereka memiliki derajat keutamaan atas selainnya. Bagi orang yang tidak beritikad demikian, maka mereka akan kekal di dalam neraka.”

Berkata Syaikh Muhammad Hassan An-Najfy dalam kitab Jawaahir Al-Kalaam, 6/62, Daar Ihyaa At-Turaats Al-Araby Beirut:

"والمخالف لأهل الحق كافر بلا خلاف بيننا"

“Orang yang berbeda dengan ahli haq adalah kafir tanpa ada perselisihan di antara kami.”
Pendapat yang sama dianut oleh Al-Muhky dari Al-Fadhil Muhammad Shaleh dalam kitab Syarh Ushuul Al-Kaafy dan  Asy-Syariif Al-Qadhy Nurullah dalam kitab Ihqaaq Al-Haq: “Kufur hukumnya orang yang mengingkari otoritas para imam, karena itu merupakan salah satu dasar dari dasar agama.”

Telah menukilkan Syaikh Muhsin At-Thabathaba’I (الطباطبائي) yang bergelar Al-Hakim bahwa kafir hukumnya bagi orang yang menyalahi para imam. Dan ini tanpa ada perselisihan di antara mereka.” Tercantum dalam kitab Mustamsik Al-Urwah Al-Wutsqaa, I/392, cet ke-3, Al-Adab An-Najaf, 1970.

Berkata Ayatullah Asy-Syaikh Abdullah, yang biasa mereka kenal dengan sebutan Al-Allamah Ats-Tsaany dalam kitab Tahqiiq Al-Maqaam, 1/208 bab Al-Fawaaid An-Najf, 1952.

"وغاية ما يستفاد من الأخبار جريان حكم الكافر والمشرك في الآخرة على من لم يكن اثنى عشري"

“Pesan yang terpenting yang kita terima adalah bahwasanya di akhirat nanti dianggap kafir dan musyrik bagi orang yang tidak mengikuti imam 12.”

Berkata Ayatullah Al-Uzhma sekaligus tokoh sentral mereka, Abdul Qasim Al-Khu’iy dalam kitabnya Misbah Al-Faqahah fi Al-Mu’amalaat, 2/11 Dar Al-Hadi Beirut:

"..بل لا شبهة في كفرهم - أي المخالفين - لأن إنكار الولاية والأئمة حتى الواحد منهم والاعتقاد بخلافة غيرهم وبالعقائد الخرافية كالجبر ونحوه يوجب الكفر والزندقة وتدل عليه الأخبار المتواترة الظاهرة في كفر منكر الولاية.. أنه لا أخوة ولا عصمة بيننا وبين المخالفين"

“Tidak ada keraguan untuk mengkafirkan orang yang menyalahi imam, karena keingkaran mereka terhadap para imam. Walaupun pengingkaran itu hanya terhadap salah seorang di antara mereka. Sebagaimana tidak ada keraguan mengkafirkan terhadap mereka yang memiliki keyakinan/aqidah yang menyimpang, seperti Jabariyyah dan lain sebagainya. Wajib dihukumi sebagai kafir dan zindiq, hal itu sesuai dengan akhbaar mutawaatir yang secara jelas mengkafirkan orang yang mengingkari otoritas imam; karena yang demikian itu, menunjukkan tidak adanya persaudaraan dan tidak adanya kewajiban saling melindungi antara kita dan mereka.”

Berkata Syaikh Muhammad Hassan An-Najfy,  ia mengeluarkan pernyataan yang lantang mengenai permusuhan Syi’ah dengan Ahlu Sunnah. Hal itu terdapat di dalam ensiklopedi fiqh yang tersebar di kalangan kaum Syi’ah, yaitu kitab Jawaahir Al-Kalam fi Syara’ Al-Islam, 22/62, yang berbunyi:

ومعلوم أن الله تعالى عقد الأخوة بين المؤمنين بقوله تعالى: {إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ} [الحجرات: 10]، دون غيرهم، وكيف يُتَصَوَّر الأخوة بين المؤمن وبين المخالف بعد تواتر الروايات وتضافر الآيات في وجوب معاداتهم والبراءة منهم"

“Dan sudah sama-sama kita ketahui, bahwa Allah Ta’ala mengikat tali persaudaraan di antara kaum mukminiin, sebagaimana dalam firman-Nya:

{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ}

“Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara.” (Q.S. Al-Hujurat: 10)

Tetapi tidak dengan mereka. Bagaimana mungkin kita bisa membayangkan adanya persaudaraan di antara kaum mukminin dan orang yang menyelisihi otoritas imam, karena hadits-hadits yang mutawatir dan ayat-ayat suci Al-Qur’an telah begitu banyak mewajibkan kita untuk memerangi mereka dan berlepas diri dari mereka.”

Berkata Al-Allamah As-Sayyid Abdullah Syabr yang biasa dikenal dengan As-Sayyid Al-A’zham Al-Imad Al-Aqwam Allaamah Al-Ulamaa’ wa Taaj Al-Fuqahaa Ra’iisu Al-Millah wa Ad-Diin Jami’ Al-Ma’quul wa Al-Manquul Muhadzdzib Al-Furuu’ wa Al-Ushuul dalam kitabnya Haqq Al-Yaqiin fi Ma’rifah Ushuul Ad-Diin, 2/1/88, Beirut:

"وأما سائر المخالفين ممن لم ينصب ولم يعاند ولم يتعصب فالذي عليه جملة من الأئمة كالسيد المرتضى أنهم كفار في الدنيا والآخرة والذي عليه الأكثر الأشهر أنهم كفار مخلدون في النار في الآخرة"

“Adapun semua orang yang menyalahi imam dan orang yang tidak loyal dan tidak mendukung, serta tidak fanatik terhadap para imam, seperti As-Sayyid Al-Murtadha, maka mereka telah kafir di dunia dan di akhirat. Dan mereka termasuk orang kafir yang kekal di neraka kelak.

Dari pendapat-pendapat tersebut, Anda bisa mengetahui bahwa akidah Syi’ah telah jelas-jelas mengkafirkan kaum Ahli Sunnah. Karena itulah, mereka bebas memusuhi dan mengkhianati Ahli Sunnah dan menghalalkan darah serta harta benda kaum Ahli Sunnah.



Sumber: Khiyaanaat Asy-Syii'ah wa Atsaruha fii Hazaaim Al-Ummah Al-Islamiyyah, Dr. Imad Abdus Samii' Husain
Penerjemah: Hafidz Muhammad Amin, MA

ditketik ulang oleh Hasan Al-Jaizy. Penambahan dokumen Arabic oleh Hasan Al-Jaizy.


No comments:

Post a Comment