Sesungguhnya di antara hal utama dan bermanfaat yang
dapat meninggikan derajat seorang hamba dan membantunya dalam mengenal Allah,
mewujudkan kecintaan serta pujian kepada-Nya adalah merenungkan dan men-tadabburi
nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang mulia di dalam penciptaan
alam semesta. Selain itu, bahwasanya alam semesta ini, dari langit dan bumi,
matahari dan bulan, malam dan siang, gunung-gunung, lautan, gerak dan diamnya
makhluk, semua ini termasuk bagian dari pengaruh nama-nama Allah dan
sifat-sifat-Nya.
Pernahkah engkau melihat sesuatu yang lebih menunjukkan
akan sifat-sifat Sang Pencipta dan kesempurnaan sifat-Nya serta hakikat
nama-nama-Nya daripada makhluk-makhluk-Nya? Ini termasuk semulia-mulianya ilmu
dan pengetahuan. Semua nama Allah memiliki sifat yang khusus bagi-Nya, karena
nama-nama Allah mencakup sifat-sifat kesempurnaan dan pujian, dan setiap
sifat-Nya memiliki kelaziman dan perbuatan –baik yang memerlukan objek maupun tidak-.
Perbuatan Allah Ta’ala memiliki keterkaitan dengan objeknya yang
merupakan kelazimannya. Hal itu terwujud dalam penciptaan, perintah, pahala dan
larangan-Nya. Semua itu termasuk pengaruh nama-nama Allah yang baik dan
kelazimannya. Tidak mungkin ditiadakan objeknya dari perbuatan-Nya, atau
ditiadakan perbuatan-Nya dari sifat-Nya, dan tidak mungkin ditiadakan sifat-Nya
dari nama-nama-Nya, demikian pula nama dan sifat-Nya dari Dzat-Nya. Oleh karena
itu, disebutkan dalam Al-Qur’an pengingkaran terhadap orang-orang yang
meniadakan dari-Nya perintah, larangan, pahala dan sangsi-Nya, dan bahwasanya
orang yang menisbatkan hal tersebut kepada-Nya, tidaklah mengagungkan Allah
dengan sebenarnya. Sebagaimana Allah telah befirman tentang para pengingkar
kenabian, kerasulan dan diturunkannya kitab-kitab.
{ وَمَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ
حَقَّ قَدْرِهِۦٓ إِذْ قَالُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍۢ مِّن شَىْءٍۢ
}
“Dan mereka
tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka
berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia".” (Q.S. Al-An’am: 91)
Allah Ta’ala
berfirman tentang para pengingkar hari kiamat, pahala dan azab:
{ وَمَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ
حَقَّ قَدْرِهِۦ وَٱلْأَرْضُ جَمِيعًۭا قَبْضَتُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ
مَطْوِيَّٰتٌۢ بِيَمِينِهِۦ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ}
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan
pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada
hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan
Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
(Q.S. Az-Zumar: 67)
Allah Ta’ala berfirman tentang orang-orang yang menyamakan
antara dua hal berbeda, antara yang baik dan yang jahat, yang kafir dan yang
beriman:
{ أَمْ حَسِبَ ٱلَّذِينَ
ٱجْتَرَحُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ أَن نَّجْعَلَهُمْ كَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟
ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَوَآءًۭ مَّحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ}
“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan
itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan
kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.”
(Q.S. Al-Jatsiyah: 21)
Permisalan seperti ini sangat banyak dalam Al-Qur’an,
yang intinya Allah menafikan dari diri-Nya hal-hal yang menyelisihi ketentuan
nama dan sifat-Nya, karena hal tersebut mengharuskan peniadaan Allah dari
kesempurnaan-Nya dan dari kelaziman nama dan sifat-Nya.
Oleh karena itu, di antara hal yang paling bermanfaat
bagi seorang hamba dalam hal ini adalah merenungkan, memperhatikan kelaziman,
dan makna nama-nama Allah yang baik atas kesempurnaan dan keagungan penciptanya
dan bahwasanya Allah Ta’ala menyempurnakan dan mengokohkan
penciptaan-Nya:
{ مَّا تَرَىٰ فِى خَلْقِ
ٱلرَّحْمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٍۢ }
“kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.”
(Q.S. Al-Mulk: 3)
Setiap nama dari nama-nama Allah yang baik,
mengharuskan adanya pengaruh dari penciptaan dan pengaturan alam semesta.
Barangsiapa yang merenungkan nama-nama dan sifat-sifat
Allah dalam alam semesta, maka hal tersebut akan menunjukkan hamba kepada iman
tentang kesempurnaan Rabb Ta’ala dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya
serta perbuatan-perbuatan Allah yang terpuji. Allah Ta’ala, dalam setiap
takdir-Nya memiliki hikmah yang mendalam, tanda-tanda kekuasaan-Nya yang jelas
dan pengenalan kepada hamba-Nya tentang nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Selain
itu, menyeru mereka untuk mencintai, mengingat, bersyukur, dan beribadah
kepada-Nya denan nama-nama-Nya yang baik.
Setiap nama mengandung ibadah khusus di
dalamnya –baik secara ilmu, pengenalan dan keadaan-. Hal ini
tidak terwujud, kecuali dengan perenungan, persaksian yang bermanfaat tentang
nama yang sesuai dengannya. Orang yang paling sempurna peribadahannya adalah
orang yang melaksanakan konsekuensi nama-nama dan sifat-sifat yang telah
dikabarkan-Nya kepada manusia. Dia tidak terhalang oleh salah satu nama dalam
melaksanakan konsekuensi nama yang lain. Contohnya ketika dia melaksanakan
konsekuensi nama Allah “Al-Qadiir”
(Yang Maha Kuasa) dia tidak tercegah untuk beribadah atau melaksanakan
konsekuensi nama Allah yang lain yaitu “Al-Haliim” (Yang Maha Lembut)
dan “Ar-Rahiim” (Yang Maha Pemurah), dan tidak terhalang oleh nama Allah
“Al-Mu’thy” (Yang Maha Pemberi) dari pengamalan nama Allah “Al-Maani”
(Yang Maha Pencegah) dan tidak terhalang oleh pengamalan nama Allah yang
bersifat kecintaan, kebaikan, kelembutan dan pemberian keutamaan dari
pengamalan nama Allah yang bersifat keadilan, kemuliaan, keagungan, kebesaran
dan lain sebagainya.
Inilah metode orang-orang sempurna yang berjalan
menuju-Nya dan itlah jalan yang bersumber dari metode Al-Qur’an:
{وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ
ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا}
“Hanya milik Allah asmaulhusna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu”
(Q.S. Al-A’raf: 180)
Kata-kata doa di dalam ayat ini mencakup doa mas’alah
(permintaan) dan doa ibadah. Allah Ta’ala menyeru hamba-hamba-Nya untuk
mengenal diri-Nya melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan untuk memuji
diri-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta beribadah kepada-Nya
sesuai dengan konsekuensi nama-nama dan sifat-sifat tersebut. (Lihat
Madaarij As-Saalikiin, Ibnul Qayyim, 1/449-453)
Allah Ta’ala mencintai nama-nama dan sifat-sifat-Nya
serta mencintai pengaruhnya dalam ciptaan-ciptaan-Nya, karena sesungguhnya hal
ini merupakan kelaziman kesempurnaan-Nya. Allah Ta’ala membukakan bagi
hamba-hamba-Nya, pengenalan terhadap-Nya serta pemahaman tentang nama-nama dan
sifat-sifat-Nya. Allah menyeru hamba-hamba-Nya di dalam Al-Qur’an untuk mengenal-Nya
melalui dua jalan:
1. Memperhatikan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, karena hal tersebut lebih
memahamkan manusia kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
2. Merenungkan ayat-ayat Allah.
Pertama, memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang
tersirat. Kedua, merenungkan ayat-ayat Allah yang tersurat. Keduanya merupakan
pintu yang luas dalam mengenal Rabb Yang Maha Terpuji dan Sesembahan Yang Maha
Mulia. Maha Suci Allah yang telah memperkenalkan diri-Nya kepada makhluk-Nya
dengan semua bentuk pengenalan dan menunjukkan mereka kepadanya dengan berbagai
macam metode serta membukakan bagi mereka semua jalan dan Allah menancapkan
baginya jalan yang lurus, memperkenalkan dan menunjukkan kepadanya.
Sumber: Fikih Asma’ul Husna, oleh Abdurrazzaq bin Abdul
Muhsin Al-Abbad Al-Badr, Pustaka Darus Sunnah
Berminat pada buku ini?
Lihat Deskripsi buku ini dan pesan di: http://pustakailmu.com/buku-fikih-asmaul-husna#.UTu-MqKxWGM
No comments:
Post a Comment