Orang mengartikan perpindahan ruh itu suatu
kepercayaan bahwa ruh manusia setelah manusia mati pindah kepada orang lain
atau kepada seekor binatang untuk hidup langsung di atas bumi dengan
bentuk-bentuk yang baru. Kepercayaan seperti orang-orang Hindu mengenai
perpindahan ruh itu tidak terdapat dalam kepercayaan orang-orang animisme di
Indonesia, tetapi animisme percaya bahwa setelah manusia mati, ruhnya
menjalankan kehidupannya sendiri di alam ruh. Walaupun demikian masih
terdapat kepercayaan, bahwa orang-orang yang mati itu ruhnya ada yang pindah
kepada orang lain, atau kepada binatang dan pohon. Suatu kepercayaan umum ialah
ada seorang anak yang mukanya mirip salah seorang dari orang tuanya, maka
orang tuanya itu tidak panjang umurnya, karena roh orang tuanya itu pindah
kepada anaknya yang mirip dengan rupanya.
Kerap kali orang menyangka, bahwa sebagian dari
binatang ialah titisan atau penjelmaan dari ruh manusia yang telah meninggal
dunia, terutama macan atau buaya dianggap sebagai bentuk yang menampakkan
diri dari orang-orang yang telah meninggal, yang datang untuk membalas dendam
terhadap sesuatu ketidakadilan yang telah dilakukan oleh orang lain.
Orang-orang Bali mempunyai kepercayaan terhadap
perpindahan ruh menurut ajaran agama Hindu. Akan tetapi pada orang Jawa pun
masih ada sisa kepercayaan yang demikian itu. Ada kepercayaan bahwa mantra-mantra
yang menjamin orang mati akan hidup kembali menjelma menjadi orang besar atau
terhormat. Ada kepercayaan bahwa orang-orang jahat ruhnya masuk ke dalam
anjing atau babi.
Kepercayaan manusia purba pada suku-suku bangsa
Indonesia pada waktu itu terpancar pada lukisan-lukisan yang terdapat pada
dinding gua-gua tempat mereka tinggal, termasuk di dalamya estetika dan magis.
Cap-cap tangan dengan latar belakang car merah, mungkin mengandung arti
kekuatan atau simbol kekuatan pelindung untuk mencegah ruh-ruh jahat. Dan cap-cap
tangan yang jari-jarinya tidak lengkap, dipakai sebagai tanda adat yang
berkabung.
Menurut Roder dan Galis yang menyelidiki
lukisan-lukisan di Irian Jaya, lukisan-lukisan itu bertalian dengan
upacara-upacara penghormatan nenek moyang, upacara kesuburan, inisiasi dan
mungkin juga untuk keperluan ilmu dukun, untuk meminta hujan, dan kesuburan
atau memperingati suatu kejadian yang penting. Di antaranya ada lukisan seperti
yang terdapat di Pulau Seram dan Irian Jaya, mungkin mengandung arti lambang
kekuatan magis, yaitu dianggap sebagai penjelmaan ruh nenek moyang atau kepala
suku yang menjadi kadal. Kepercayaan suku-suku bangsa Indonesia kepada kadal
atau binatang melata lainnya baru mulai berkembang kemudian. Gamar-gambar orang
seperti ditemukan di Seram dan Irian Jaya, dianggap mengandung magis, sebagai
penolak ruh-ruh atau sebagai gambar nenek moyang, karena tubuh atau bagian
tubuh manusia dianggap mengandung kekuatan magis.
Sumber: Aliran Kebatinan dan
Kepercayaan di Indonesia
Disusun dan diketik ulang oleh Hasan Al-Jaizy
SERIAL "KEPERCAYAAN ANIMISME"
[1] KEPERCAYAAN ANIMISME: Asal dan Arti Kata
[2] KEPERCAYAAN ANIMISME: Kepercayaan Kepada Serba Ruh
[3] KEPERCAYAAN ANIMISME: Kepercayaan Kepada Ruh Pribadi Manusia
[4] KEPERCAYAAN ANIMISME: Pemujaan Kepada Makhluk Halus dan Dewa-dewa
[5] KEPERCAYAAN ANIMISME: Perpindahan Ruh
SERIAL "KEPERCAYAAN ANIMISME"
[1] KEPERCAYAAN ANIMISME: Asal dan Arti Kata
[2] KEPERCAYAAN ANIMISME: Kepercayaan Kepada Serba Ruh
[3] KEPERCAYAAN ANIMISME: Kepercayaan Kepada Ruh Pribadi Manusia
[4] KEPERCAYAAN ANIMISME: Pemujaan Kepada Makhluk Halus dan Dewa-dewa
[5] KEPERCAYAAN ANIMISME: Perpindahan Ruh
No comments:
Post a Comment