Selain kepada ruh-ruh dari orang-orang yang telah
meninggal dunia, kebanyakan bangsa Indonesia percaya pula kepada dewa-dewa dan
makhluk-makhluk halus yang bukan asal dari manusia. Dewa-dewa dan
makhluk-makhluk halus itu yang dianggap menyebabkan adanya bencana-bencana alam
dan kecelakaan-kecelakaan, yang dipandang bukan datang dari ruh-ruh manusia,
seperti tanah longsor atau gempa bumi, gunung meletus dan sebagainya. Kalau
orang sehari-hari merasa berhubungan dengan ruh-ruh orang yang sudah meninggal
dunia, maka orang berpendapat dewa-dewa dan makhluk-makhluk halus itu
sekali-sekali menyusahkan manusia, yang ada pengaruhnya kepada kehidupan
manusia sehari-hari. Dengan demikian rakyat menyerahkan urusan dewa-dewa dan
makhluk halus itu kepada dukun-dukun, yang lambat lain menjadi berkembang,
dan itu bersikap sedemikian rupa sehingga tampak mereka menyelubungi
pengetahuannya dengan penuh rahasia.
Penyembah-penyembah berhala Indonesia mengenal dewa
yang tertinggi yang sering-sering disebut dengan menggunakan nama asing.
Demikianlah nama Batar Guru terdapat dengan bentuk yang berlainan pada
orang-orang Batak, Bugis dan Filipina. Sebutan Malala terdapat pada
orang-orang Dayak, dan Lahalata di Buru, suatu perubahan dari
bahasa Arab “ALLAH” Ta’ala. Adapun kepercayaan dewa tertinggi ini pasti
berasal dari bahasa Indonesia, yang disebut Hyang. Demikian
fungsi dewa tertinggi hampir diucapkan oleh seluruh suku bangsa Indonesia,
misalnya kekuatan cipta dan pemelihataan ciptaannya dalam arti, bahwa Ia
menghukum apa yang dilakukan orang untuk menentang perbuatannya, tetapi
penciptaan manusia kebanyakan berupa dongeng-dongen tidak langsung dari
pada-Nya, seperti manusia keluar dari bambu dan rotan atau diturunkan dari
langit.
Selain dari melalui dukun-dukun, dewa-dewa
menghubungi manusia melalui utusannya, yaitu berupa binatang-binatang atau
burung untuk memperingatkan manusia atau memberi pertolongan, yang diutus
itu biasanya buaya atau harimau untuk membalas dendam.
Orang Indonesia percaya, bahwa nasib hidupnya
itu telah ditentukan lebih dahulu oleh dewa-dewa dan manusia tidak dapat
mengubahnya.
Ada golongan dewa yang tinggal di antara langit dan
bumi namanya Sanghyang. Seluruh dewa tinggal di atas bumi, di langit, di
gunung-gunung yang tinggi, sedang ruh manusia tinggal di bawah bumi.
Penghormatan istimewa diberikan juga kepada
dewa-dewa di gunung-gunung dan lautan. Kepada mereka yang kadang-kadang
diberikan korban manusia, umpamanya dilemparkan ke kawah gunung dan
sebagainya. Di antara para dewa ada yang
sampai sekarang dihormati ialah dewi (dewa perempuan_ yang menjaga Lautan
Selatan Pulau Jawa namanya Nyai Ratu Lara Kidul. Meskipun
penduduk pantai selatan sudah menganut agama Islam, tetapi Nyai Ratu Lara Kidul
itu masih sangat ditakuti oleh rakyat setempat, tambahan pula orang masih
mempunyai keyakinan bahwa Nyai Ratu Lara Kidul kaya raya menyimpan harta
benda dan suka memberi kepada manusia yang menginginkan, asal saja sesudah ia
mati mau menjadi pengikutnya.
Makhluk-makhluk halus yang derajatnya lebih rendah tinggal
di pohon-pohon atau tempat lain yang dipandang tempat tinggal orang terkemuka. Mereka
sering mengganggu manusia sehingga menjadi sakit. Itulah sebabnya orang
memuliakan pohon-pohon besar, seperti beringin dan sebagainya. Untuk
mengelakkan gangguan mereka, manusia membuat rintangan dengan membuang
buah-buahan yang berbau busuk atau bau-bauan lain yang tajam.
Sumber: Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia
Disusun dan diketik ulang oleh Hasan Al-Jaizy
SERIAL "KEPERCAYAAN ANIMISME"
Tulisannya menar ik, ana kutif bleh kan, ana tuis di blok anak http://abujadid.blogspot.com ="memohon...akitifitas animisme"
ReplyDeletesyukron