Dalam dunia Sufi, sosok Khidhr[1] adalah sosok manusia yang
sangat ajaib, dia hidup kekal nan abadi, memiliki ilmu syari’at dan ilmu laduni,
beridentitas wali bukan Nabi, dan yang paling unik dari klaim mereka adalah
Khidhr dapat bertemu dengan para wali untuk mengajarkan ilmu-ilmu hakekat dan
mengikat perjanjian dengan para penganut setia Sufi. Oleh karenanya, tidak aneh bila kita mendapati
dongeng-dongeng para tokoh Sufi seperti Ibnu Araby[2] dan Asy-Sya’rany[3] yang bercerita bahwa
mereka bertemu dengan Khidhr.
Walhasil, sosok Khidhr seakan menjadi
sebuah khurafat yang mirip cerita Superman yang dapat terbang ke
setiap tempat dan bertemu dengan para handai taulan di setiap negara, lalu
mengajarkan berbagai bentuk ibadah dan dzikir-dzikir!!! Setelah itu, maka
jangan tanya lagi tentang kebid’ahan dan kerusakan yang disebabkan keyakinan nyeleneh
tersebut.[4]
Bila kita telusuri lebih lanjut akar permasalahan
kebobrokan kaum Sufi dalam masalah ini, niscaya akan kita dapati bahwa
sumbernya adalah keyakinan bahwa Khidhr adalah seorang wali dan dia masih hidup
abadi. Dua keyakinan ini telah mampu menjerumuskan manusia kepada bencana,
prasangka dusta dan kerancuan yang tidak dapat diterima akal dan agama, seperti
anggapan mereka bahwa wali lebih utama daripada Nabi, dan klaim bahwa si fulan
bisa bertemu dengan Khidhr dan mendapati ajaran ini dan itu, adanya ilmu laduni,
ilmu zhahir dan bathin, dan lain sebagainya.[5]
[1] Boleh dibaca Khadhir atau Khidhr, atau dengan alif
lam yaitu Al-Khadhir dan Al-Khidhr. (Lihat Tahdziib Al-Asmaa’ wa
Al-Lughaat, An-Nawawy (I/176)). Digelari demikian yang bermakna
hijau karena dia pernah duduk di rumput kering lalu tiba-tiba dari belakang ada goyangan sehingga menjadi hijau. (Lihat Fath
Al-Bary, Ibnu Hajar, (VI/309))
[2] Al-Futuuhaat Al-Makkiyyah (III/180)
[3] Ma’aarij Al-Albaab, hal. 44
[4] Lihat Al-Fikr Ash-Shuufiy fi Dhau’ Al-Kitaab wa
As-Sunnah, Syaikh Abdurrahman, hal. 133, dan Ushuul bi Laa Ushuul,
Muhammad bin Isma’il Al-Muqaddam, hal. 235-236.
[5] At-Tahdziir min Mukhtasharaat Ash-Shaabuuny fi
At-Tafsiir, Syaikh Bakr Abu Zaid, hal. 65
Sumber: “Koreksi Hadit-hadits Dha’if Populer” karya Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi”
Diketik ulang oleh Hasan Al-Jaizy
coba minta ke Allah utk ketemu beliau, masa gak berani?
ReplyDeleteklo kamu mau ketemu, lepas kecintaanmu pd semua kenikmatan duniawi,termasuk jgn lht TV n pake internet lagi... bisa? harus berani fakir kayak Rosulullah Muhammad
ReplyDeleteya...kekanglah nafsu2mu yg sll dibantu olh syeitan.
ReplyDelete