Sunday, March 17, 2013

002- Pembagian Tauhid Yang Tiga




{نقول في توحيد الله معتقدين بتوفيق الله: إن الله واحد لا شريك له}

“Kami mengatakan tentang Tauhidullah (mentauhidkan Allah), di mana kami dalam keadaan yakin dengan taufik Allah: Sesungguhnya Allah adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.”

Kami mengatakan, artinya: kami berkeyakinan dalam mentauhidkan Allah Ta’ala.

Tauhid dari segi bahasa adalah bentuk ketiga (mashdar) dari kata dasar وحَّد : yaitu, apabila sesuatu dijadikan menjadi satu.

Sedangkan dari segi syar’i, Tauhid adalah “Mengesakan Allah Ta’ala dengan ibadah dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.


Tauhid ada tiga bagian berdasarkan penelitian dan pengkajian dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan inilah yang ditetapkan oleh madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Semua ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits dalam masalah aqidah tidak keluar dari 3 bagian ini, yaitu:

Pertama: Tauhid Ar-Rububiyyah. Ialah  mentauhidkan dan mengesakan Allah Ta’ala dengan segala perbuatan-Nya, seperti mencipta, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur alam semesta. Maka tidak ada rabb selain Dia, Rabb alam semesta.

Kedua: Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Al-Ibadah; karena Al-Uluhiyyah maknanya adalah ibadah kepada Allah Ta’ala  dengan mencintai-Nya, takut terhadap-Nya, mentaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Maka itu adalah pengesaan Allah dengan amal perbuatan hamba-hamba-Nya sebagaimana Allah syariatkan untuk mereka.

Ketiga: Tauhid Al-Asma’ wa Ash-Shifat. Ialah, menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya atau apa yang ditetapkan oleh Rasul-Nya, berupa nama-nama dan sifat-sifat, kemudian menyucikan-Nya dari segala yang Dia sucikan diri-Nya dari padanya dan disucikan darinya oleh Rasul-Nya berupa cela dan kekurangan.

Semua ayat yang berbicara tentang perbuatan Allah, maka sesungguhnya itu dalam tauhid Rububiyyah, semua ayat yang berbicara tentang ibadah, perintah dengannya dan dakwah kepadanya, maka semua itu adalah di dalam lingkup tauhid Uluhiyyah. Dan semua ayat yang berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah, maka itu adalah lingkup tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat.

Dari 3 bagian tauhid ini, yang paling ditekankan darinya adalah Tauhid Uluhiyyah; karena inilah yang merupakan misi dakwah semua rasul, diturunkannya kitab-kitab suci, dan ditegakkannya syariat jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah sajalah yang disembah, dan agar penghambaan kepada selain-Nya ditinggalkan.

Sedangkan Tauhid Rububiyyah dan di dalamnya termasuk Tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat tidak diingkari oleh seorang pun. Allah menyebutkan di dalam banyak ayat, di mana orang-orang kafir mengakui bahwasanya Allah adalah Yang Maha Pencipta dan Maha Memberi rizki, Maha Menghidupkan, Maha Mematikan dan Maha Mengatur alam semesta. Mereka sama sekali tidak menentang semua hal tersebut. Dan apabila hanya jenis ini yang diyakini oleh seseorang, maka ini tidak akan memasukkannya ke dalam Islam; karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerangi manusia yang mengakui dan mengikrarkan Tauhid Rububiyyah, dan beliau menghalalkan darah serta harta mereka.

Seandainya Tauhid Rububiyyah cukup (untuk memasukkan mereka ke dalam Islam) niscaya Rasulullah tidak akan memerangi mereka. Bahkan seorang rasul tidak perlu diutus. Maka itu menunjukkan bahwa yang dituntut dan dimaksud adalah Tauhid Uluhiyyah. Sedangkan Tauhid Rububiyyah hanya semata sebagai dalil yang menunjukkan kepada Allah dan sebagai tanda kebesaran untuk-Nya. Itulah sebabnya apabila Allah memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya, Dia mengingatkan hamba-hamba-Nya kepada langit dan bumi, dan mengingatkan mereka bahwa Allah-lah yang mengatur semua urusan hamba-hamba-Nya; semua itu sebagai bukti nyata untuk Tauhid Uluhiyyah, dan sebagai suatu pengharusan bagi orang-orang musyrik yang mengakui Tauhid Rububiyyah dan mengingkari Tauhid Uluhiyyah. Dan ketika Nabi bersabda kepada mereka,

قُولُوا : لَا إِله إلَّا الله

“Katakanlah, ‘Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah.’”

Mereka berkata (sebagaimana yang diabadikan oleh Allah):

{أَجَعَلَ ٱلْءَالِهَةَ إِلَٰهًۭا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌۭ}

“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Q.S. Shad: 5)

Allah juga berfirman:

{وَإِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَحْدَهُ ٱشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَإِذَا ذُكِرَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦٓ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ}

“Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” (Q.S. Az-Zumar: 45)

Kemudian Allah berfirman:

{إِنَّهُمْ كَانُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓا۟ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍۢ مَّجْنُونٍۭ (36)}

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?"” (Q.S. Ash-Shaffat: 35-36)

Mereka tidak menginginkan Tauhid Uluhiyyah, bahkan mereka menghendaki tuhan-tuhan itu tetap banyak, sehingga setiap orang dapat menyembah mana yang ia inginkn.

Ini harus diketahui, karena semua pengikut golongan-golongan sesat dahulu maupun sekarang hanya memfokuskan pada Tauhid Rububiyyah. Di mana dalam pandangan mereka apabila seseorang telah menyatakan (meyakini) bahwasanya Allah adalah Maha mencipta dan Maha memberi rizki, mereka mengatakan, ini seorang muslim. Dan dengan itu mereka menulis aqidah mereka. Maka semua paqidah para pengikut ilmu kalam tidak keluar dari sekadar merealisasikan Tauhid rububiyyah dan dalil-dalilnya.

Ini tidak cukup. Akan tetapi harus disertai dengan Tauhid Uluhiyyah. Allah berfirman:

{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ }

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".” (Q.S. An-Nahl: 36)

Di mana mereka menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah, dan itulah Tauhid Uluhiyyah.

{وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا}

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (Q.S. An-Nisa: 36)

Semua ayat memerintahkan dan menyeru kepada Tauhid Uluhiyyah, dan semua rasul menyeru dan memerintahkan umat mereka kepada Tauhid Uluhiyyah, dan melarang mereka dari syirik. Inilah yang dituntut dan menjadi tujuan serta maksud dari Tauhid. Adapun Tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat diingkari oleh Ahli Bid’ah seperti golongan Jahmiyyah, Mu’tazilah dan Asya’irah, terlepas dari perbedaan tingkat dan besarnya pengingkaran yang ada di antara mereka.

Perkataan Ath-Thahawy: (نقول), “Kami mengatakan” –maksudnya: semua Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan, “Tentang Tauhidullah (mentauhidkan Allah) dalam keadaan yakin dengan taufik Allah bahwa sesungguhnya Allah adalah Esa, tidak ada sekutu baginya.”

Aqidah dan Tauhid adalah satu makna, baik dinamakan, Aqidah, Tauhid ataupun Iman, maknanya adalah satu, sekalipun nama-nama tersebut berbeda.



Sumber: Penjelasan Ringkas Matan Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah, Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Pustaka Sahifa

No comments:

Post a Comment