Sebelum setan menipu daya Adam dan Hawa, dia terlebih dahulu sudah
tertipu daya oleh dirinya sendiri. Dia mendapat kemalangan. Demikian juga anak
cucunya, pengikut-pengikutnya dan siapa saja yang menaatinya dari kalangan jin
maupun manusia.

Tatkala kebodohan ini menghinggapi hatinya, ditambah lagi munculnya rasa
dengki terhadap Adam lantaran ia tahu bahwa Allah telah mengistimewakan Adam
dengan berbagai kemuliaan –yaitu, Dia menciptakannya dengan tangan-Nya,
menipu-Nya dengan ruh-Nya, menyuruh malaikat agar bersujud kepadanya,
mengajarkan segala macam nama kepadanya yang tidak Dia ajarkan kepada malaikat
sekalipun, serta menempatkannya di surga- maka kedengkian dari musuh Allah itu
semakin mengklimaks. Ia memandang Adam sebagai makhluk yang tercipta dari tanah
kering seperti tembikar, sehingga ia pun tak habis pikir seraya berkata, “Apa
mulianya makhluk ini? Sekiranya ia dikuasakan atas diriku, maka pasti akan aku
durhakai ia. Dan jika aku dikuasakan atas dirinya, pasti akan aku hancurkan
ia!”